Pengaruh Global Pedagang Kaki Lima Pada Pasar Tradisional dan Pasar Modern Pasar Pulo Gebang
v Pasar Tradisional
DAMPAK SUPERMARKET TERHADAP PASAR DAN PEDAGANG RITEL TRADISIONAL DI DAERAH PERKOTAAN DI INDONESIA ini adalah wilayah perkotaan dengan tingkat kepadatan supermarket tertinggi: Jabodetabek dan Bandung. Jabodetabek meliputi Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, dan Bekasi. Pasar tradisional yang menjadi pasar perlakuan dipilih secara purposif sesuai syarat berikut: terdapat supermarket dalam radius 5 kilometer dari pasar tradisional; supermarket tersebut mulai dioperasikan antara 2003 dan 2006, atau jika terdapat beberapa supermarket, semuanya telah beroperasi dalam periode tersebut; pasar tradisional harus berlokasi di kabupaten/daerah yang sama seperti pada supermarket dalam kelompok kontrol; dan pasar tradisional belum pernah direnovasi sejak 2003. Terdapat 98 pasar tradisional di Jabodetabek dan 20 pasar tradisional di Bandung, dan kira-kira terdapat 188 usaha ritel modern/mal di Jabodetabek dan 80 di Bandung. Hanya pasar yang telah beroperasi sejak tiga tahun lalu yang dimasukkan dalam kerangka sampel. Lokasi pasar tersebut kemudian dibandingkan dengan lokasi ritel-ritel modern. Pasar tradisional yang tidak memiliki usaha ritel modern dalam radius 5 kilometer, telah direnovasi selama tiga tahun terakhir, atau memiliki usaha ritel modern di seputarnya sebelum 2003, dikeluarkan dari kerangka sampel. Pasar tradisional yang dijadikan kelompok kontrol dipilih berdasarkan syarat berikut:
pasar tradisional tersebut harus berlokasi di wilayah yang sama seperti pasar dalam kelompok perlakuan; tidak terdapat supermarket dalam radius 5 kilometer dari pasar tradisional; akan dibuka supermarket di sekitar pasar tradisional tersebut pada 2007; dan belum pernah direnovasi sejak 2003. Pasar tradisional yang berdekatan dengan supermarket yang baru akan dibuka pada 2007 secara khusus dipilih karena pasar tradisional yang melayani wilayah yang tidak diminati oleh supermarket mungkin tidak dapat diperbandingkan dengan pasar-pasar yang termasuk kelompok perlakuan.
Sebagaimana yang disebut di atas, kelompok kontrol dan kelompok perlakuan harus berlokasi di daerah yang sama, dan jika mungkin, di kecamatan yang bertetangga. Ini penting untuk menjamin agar karakteristik dari wilayah dan tempat tersebut relatif sama, seperti jumlah penduduk dan tingkat kepadatannya.
Melalui kerangka sampel ini, ditemukan dua pasar tradisional di Depok yang merepresentasikan Jabodetabek, dan tiga pasar di Bandung. Pedagang di pasar-pasar ini membentuk kelompok perlakuan. Dua pasar tradisional, masing-masing satu di Depok dan Bandung bertindak sebagai kelompok kontrol. Dengan sampel seperti ini, pasar-pasar tersebut merepresentasi pasar tradisional di daerah perkotaan di Indonesia. Pedagang yang diwawancarai terbatas pada mereka yang telah berdagang di pasar tersebut selama lebih dari tiga tahun dengan menjual buah dan sayuran segar, daging, dan bahan pokok lainnya. Pedagang yang menjual barang-barang nonmakanan atau produk siap saji tidakdimasukkan karena hanya merepresentasi proporsi pedagang tradisional yang sangat kecil. Terakhir, para responden dipilih secara acak berdasarkan metode pemilihan sampel probability-proportionate-to-size (PPS) atau probabilitas yang proporsional terhadap besar populasi.
Sedangkan populasi yang penulis tuju adalah individu pedagang tradisional yang berada di pasar Minggu, dengan kriteria lama berdagang lebih dari tiga tahun. responden dipilih secara acak berdasarkan metode pemilihan sampel probability-proportionate-to-size (PPS) atau probabilitas yang proporsional terhadap besar populasi.
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar.
Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat pembayaran yang sah seperti uang fiat. Kegiatan ini merupakan bagian dari perekonomian. Ini adalah pengaturan yang memungkinkan pembeli dan penjual untuk item pertukaran. Persaingan sangat penting dalam pasar, dan memisahkan pasar dari perdagangan. Dua orang mungkin melakukan perdagangan, tetapi dibutuhkan setidaknya tiga orang untuk memiliki pasar, sehingga ada persaingan pada setidaknya satu dari dua belah pihak. Pasar bervariasi dalam ukuran, jangkauan, skala geografis, lokasi jenis dan berbagai komunitas manusia, serta jenis barang dan jasa yang diperdagangkan. Beberapa contoh termasuk pasar petani lokal yang diadakan di alun-alun kota atau tempat parkir, pusat perbelanjaan dan pusat perbelanjaan, mata uang internasional dan pasar komoditas, hukum menciptakan pasar seperti untuk izin polusi, dan pasar ilegal seperti pasar untuk obat-obatan terlarang.
Dalam ilmu ekonomi mainstream, konsep pasar adalah setiap struktur yang memungkinkan pembeli dan penjual untuk menukar jenis barang, jasa dan informasi. Pertukaran barang atau jasa untuk uang adalah transaksi. Pasar peserta terdiri dari semua pembeli dan penjual yang baik yang memengaruhi harga nya. Pengaruh ini merupakan studi utama ekonomi dan telah melahirkan beberapa teori dan model tentang kekuatan pasar dasar penawaran dan permintaan. Ada dua peran di pasar, pembeli dan penjual. Pasar memfasilitasi perdagangan dan memungkinkan distribusi dan alokasi sumber daya dalam masyarakat. Pasar mengizinkan semua item yang diperdagangkan untuk dievaluasi dan harga. Sebuah pasar muncul lebih atau kurang spontan atau sengaja dibangun oleh interaksi manusia untuk memungkinkan pertukaran hak (kepemilikan) jasa dan barang.
Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar. Beberapa pasar tradisional yang “legendaris” antara lain adalah pasar Beringharjo di Jogja, pasar Klewer di Solo, pasar Johar di Semarang. Pasar tradisional di seluruhIndonesia terus mencoba bertahan menghadapi serangan dari pasar modern.
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar. Beberapa pasar tradisional yang “legendaris” antara lain adalah pasar Beringharjo di Yogyakarta, pasar Klewer di Solo, pasar Johar di Semarang. Pasar tradisional di seluruh Indonesia terus mencoba bertahan menghadapi serangan dari pasar modern.
v Pasar modern
Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah hypermarket, pasar swalayan (supermarket), dan minimarket.
Pasar Berseri “bersih, sehat, ramah lingkungan, dan indah” merupakan konsep pemikiran ulang menuju peningkatan performa pasar tradisional. Konsep ini mengarah pada dua hal, yaitu:
(1) Optimalisasi kinerja pasar tradisional dan peningkatan infrastruktur,
(2) pengembalian peran pasar tradisional sebagai distributor produk-produk lokal. Upaya tersebut diharapkan mampu menjadikan pasar tradisional memenuhi syarat minimal sebuah pasar, dimana terbangun regularity, adequacy, dan security, dengan terciptanyacomfortability bagi pelaku pasar dalam berniaga, (www.menlh.go.id/pasarberseri/Pasarberseri.pdf).
Beberapa faktor yang mempengaruhi eksistensi pasar tradsional berdasarkan riset yang telah dilakukan sebelumnya, diketahui bahwa tingkat hubungan para pedagang dengan pelanggan mampu menciptakan suatu ketahanan terhadap persaingan yang semakin berat. Loyalitas pelanggan adalah motivasi terbesar bagi para pedagang. Bagi pedagang, pelanggannya saat ini adalah nafas mereka. sedangkan bagi pelanggan tempat mereka mendapatkan barang yang mereka butuhkan adapada pedagang pasar tradisional, karena sudah terjalin saling percaya. Pelanggan bukannya tidak menyadari tentang kebersihan dan kenyamanan untuk pindah haluan ke pasar modern, namun urusan belanja yang menjadi kebiasaan lama mereka bahkan kebiasaan yang sudah turun temurun ini terus djaga apalagi sudah terjalinnya hubungan yang erat antara pedagang dan pelanggan. Pasar tradisonal merupakan cerminan masyarakat Indonesia yang ramah, dengan belanja di pasar tradisional memungkinkan adanya tawar menawar , adanya perkenalan antara pedagang dan pembeli, bahkan terkadang hubungan yang mereka jalin tidak terbatas pada kegiatan jual beli barang.
Pada abad ke 21 ini khususnya di ibukota Jakarta, diramaikan dengan kehadiran 151 pasar radisional, seperti pasar wilayah, pasar lingkungan, pasar kota, dan pasar regional; dan 366 pasar modern seperti mini market, supermarket dan hipermarket
(”Perang pasar tradisional VS modern”, 2005). Banyaknya alternatif tempat berbelanja tersebut memiliki implikasi tertentu terhadap pasar tradisional. Atau dengan kata lain,para ibu rumah tangga memiliki alternatif tempat belanja selain pasar tradisional. Hal ini dapat menjadi ancaman tersendiri tidak hanya bagi pasar tradisional, melainkan juga bagi usaha kecil seperti warung atau toko kelontong karena dapat mengakibatkan konsumen berpindah ke tempat belanja lain, termasuk konsumen yang berasal dari golongan
ekonomi miskin.Uniknya, keadaan ini tidak ditemui di kelurahan Pulo Gebang. Tidak ada pemberitaan mengenai terancamnya kelangsungan pasar tradisional di daerah tersebut, padahal jumlah pasar modern di kelurahan Pulo Gebang melebihi jumlah pasar tradisionalnya. Usaha kecil seperti warung pun tidak terdesak Pada abad ke 21 ini khususnya di ibukota Jakarta, diramaikan dengan kehadiran 151 pasar radisional, seperti pasar wilayah, pasar lingkungan, pasar kota, dan pasar regional; dan 366 pasar modern seperti mini market, supermarket dan hipermarket
(”Perang pasar tradisional VS modern”, 2005). Banyaknya alternatif tempat berbelanja tersebut memiliki implikasi tertentu terhadap pasar tradisional. Atau dengan kata lain,para ibu rumah tangga memiliki alternatif tempat belanja selain pasar tradisional. Hal ini dapat menjadi ancaman tersendiri tidak hanya bagi pasar tradisional, melainkan juga bagi usaha kecil seperti warung atau toko kelontong karena dapat mengakibatkan konsumen berpindah ke tempat belanja lain, termasuk konsumen yang berasal dari golongan
ekonomi miskin.Uniknya, keadaan ini tidak ditemui di kelurahan Pulo Gebang. Tidak ada pemberitaan mengenai terancamnya kelangsungan pasar tradisional di daerah tersebut, padahal jumlah pasar modern di kelurahan Pulo Gebang melebihi jumlah pasar tradisionalnya. Usaha kecil seperti warung pun tidak terdesak dengan pasar modern.
Bahkan usaha warung sangat menjamur di kelurahan ini. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sekalipun pasar modern mudah ditemui di kelurahan Pulo Gebang dan menawarkan kenyamanan, namun ibu rumah tangga miskin di kelurahan tersebut tidak serta merta memilih untuk berbelanja di sana.Pemilihan lokasi belanja bagi ibu rumah tangga miskin tentunya menjadi hal yang penting untuk dipertimbangkan mengingat erat kaitannya dengan masalah finansial (“Cerdas Belanja Bulanan”, 2006). Kesalahan dalam pemilihan lokasi belanja dapat mengakibatkan pengeluaran ekstra. Selain itu, tempat belanja juga erat kaitannya dengan harga barang. Oleh karenanya, pemilihan suatu lokasi belanja menjadi sangat penting karena berkaitan erat dengan penghematan yang dapat dilakukan dari sisi belanja rutin (“Cerdas Belanja Bulanan”, 2006).
v http://novieanggraeni.wordpress.com/category/metode-riset/
Tulisan Bahasa Indonesia Softskil
Nama : Dwi Mulia Septiani
Kelas : 3 EB 02
NPM : 21209272